Psikologi Pendidikan
Analisis Pendidikan
Tingkat SMA/SMK/MA
Disusun Oleh:
Nama :
Gita Cahyaningtyas
NIM :
06081381419048
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut UU No. 20 tahun 2003,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat
kita pahami bahwa pendidikan diharapkan untuk dapat menimbulkan potensi peserta
didik agar dapat memiliki ke-6 aspek, yaitu spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan. Ke-6 aspek ini
berperan penting sebagai bekal untuk peserta didik agar dapat menghadapi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) masa kini. Ke-6 aspek ini merupakan inti pendidikan yang
merupakan aspek yang sangat penting dan yang paling pokok dalam menentukan
kemajuan dan kondisi suatu bangsa. Dalam penerapannya di tingkat satuan
pendidikan, khususnya SMA/SMK/MA, masih banyak mendapat kritikan karena
dianggap belum sesuai dengan definisi undang-undang yang memuat ke-6 aspek ini.
Baik buruknya sistem pendidikan akan berdampak
pada kualitas bangsa itu sendiri. Ketika
proses pendidikan yang berdasarkan undang-undang terarah dengan baik, maka
peradaban bangsa pun akan menjadi lebih maju. Tetapi sebaliknya, jika proses
pendidikan tidak berjalan sesuai dengan yang sistem telah ditetapkan, maka
pendidikan akan menjadi tidak terarah. Oleh karena itu, dalam makalah
ini akan dibahas, apakah pendidikan di SMA/SMK/MA sudah sesuai dengan UU No. 20
tahun 2003?
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari ke-6 aspek yang
terdapat di UU No. 20 tahun 2003?
2. Apakah pendidikan di SMA/SMK/MA sudah
sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian-pengertian
1. Spiritual
keagamaan
Spiritual keagamaan
adalah kondisi kejiwaan (rohani/batin) seseorang yang erat hubungannya dengan
Tuhan atau bisa juga berhubungan dengan kepercayaan yang dianut oleh
masing-masing individu.
2. Pengendalian
diri
Menurut
Larry (dalam R.S Satmoko, 1986:130) mengungkapkan bahwa Pengendalian diri
adalah kemampuan mengenali emosi dirinya dan orang lain. Baik itu perasaan
bahagia, sedih, marah, senang, takut, dan sebagainya, mengelola emosi, baik itu
menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas, kemampuan untuk
menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan,
mengendalikan dorongan hati memotivasi diri sendiri, dan memahami orang lain
secara bijaksana dalam hubungan antar manusia.
3. Kepribadian
Kepribadian
adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi, tempramen, ciri-ciri khas, dan
perilaku seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen itu akan terwujud
dalam tindakan seseorang jika di hadapkan pada situasi tertentu. Setiap orang
mempunyai kecenderungan perilaku yang baku atau berlaku terus menerus secara
konsisten dalam menghadapai situasi yang di hadapi, sehingga menjadi ciri khas
pribadinya.
4. Akhlak
mulia
Akhlak berarti perilaku, sikap, perbuatan, adab,
dan sopan santun. Akhlak mulia berarti seluruh perilaku umat manusia yang
sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Hadist, yaitu adab sopan santun yang dicontohkan
dan diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia ketika beliau masih
hidup.
5. Kecerdasan
Kecerdasan
atau intelegensi dapat dipandang sebagai kemampuan
memahami dunia, berpikir rasional, dan menggunakan sumber-sumber secara efektif
pada saat dihadapkan dengan tantangan. Ada juga yang berpendapat bahwa pengertian
kecerdasan adalah kemampuan general manusia untuk
melakukan tindakan-tindakan yang mempunyai tujuan dan berpikir dengan cara
rasional. Selain itu, kecerdasan dapat juga diartikan sebagai kemampuan pribadi
untuk memahami, melakukan inovasi, dan memberikan solusi terhadap dalam
berbagai situasi.
6. Keterampilan
Keterampilan yaitu kemampuan untuk menggunakan akal,
fikiran, ide, dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat
sesuatu menjadi lebih bermakna sehngga menghasilkan sebuah nilai dari hasil
pekerjaan tersebut.
B. Analisis pendidikan di SMA
1. Spiritual
keagamaan
Dalam penerapannya di
satuan pendidikan terutama SMA atau sederajat, dirasa masih belum memuaskan.
Untuk SMA atau sederajat umum, dimulai dari pertemuan tiap minggu yang hanya
satu kali pertemuan dan itu pun berlangsung selama kurang lebih 2 jam
pelajaran. 2 jam pelajaran pun terkadang tidak berlangsung sebagaimana mestinya
dikarenakan ada guru yang mengikuti seminar, guru yang ditunjuk sekolah sebagai
perwakilan, dan masih banyak lagi sehingga benar-benar menyita waktu
pembelajaran yang berhubungan dengan spiritual keagamaan ini. Untuk melengkapi
kekurangan itu, terkadang guru membentuk organisasi seperti rohis yang akan
lebih memperdalam ilmu mengenai spiritual keagamaan ini. Tetapi, lagi-lagi
karena kebanyakan rohis dilaksanakan di luar jam pembelajaran, banyak siswa
yang acuh tak acuh untuk mengikuti kegiatan ini. Selain itu, fasilitas yang ada
di sekolah pun terkadang tidak menunjang kegiatan belajar mengajar itu sendiri.
Seperti masih banyak sekolah yang mayoritas siswanya beragama Islam, tidak
memiliki mushola sebagai tempat ibadah ataupun tempat pembelajaran. Nah, untuk
siswa yang minoritas beragama lain pun, misalnya Kristen, masih banyak sekolah
yang tidak mendukung proses agama-agama ini. Bahkan jarang dan mungkin tidak
ada di satu lingkungan sekolah maupun disekitar lingkungan sekolah ada tempat
peribadahan yang berdampingan bagi tiap-tiap agama yang ada dianut oleh para
siswanya. Bagi agama lain yang tidak memiliki tempat peribadahan, biasanya
mereka menuju tempat peribadahan mereka yang ada di luar lingkungan sekolah.
Hal ini sebenarnya kurang efektif karena proses ini bisa menjadi bukan kegiatan
belajar mengajar melainkan kegiatan jalan-jalan yang mana seperti kita ketahui
bahwa siswa SMA pada umumnya jika sudah berada di luar lingkungan sekolah akan
susah berkonsentrasi ke pelajaran. Memang masalah ini sebenarnya tidak begitu
penting karena akan membutuhkan biaya yang besar, namun terkadang yang
diperhatikan hanya yang mayoritas saja sehingga proses pembelajaran bagi agama
lain terabaikan.
Untuk MA atau biasa
kita kenal dengan pondok pesantren yang mayoritas bahkan seluruh siswa maupun
gurunya beragama Islam, spiritual keagamaannya saya rasa sudah cukup bahkan
mungkin lebih karena mereka memang spiritual keagamaannya lebih diutamakan dari
pelajaran yang lain. Bukannya yang lain tidak penting, tetapi kebijakan yang
ada di satuan pendidikan ini lebih mengedepankan kegiatan yang berhubungan
dengan spiritual keagamaan agar saat keluar dari pesantren bisa lebih paham
mengenai agama dan menjadi panutan yang baik.
2. Pengendalian
diri
Pengendalian diri di
SMA atau sederajat biasanya dikontrol oleh pihak sekolah melalui guru BK.
Hampir seluruh sekolah sudah menerapkan pengendalian diri bagi para siswanya.
Fungsi pengendalian melalui guru BK ini sudah cukup efektif untuk mengendalikan
kelakuan para siswa. Seperti yang kita ketahui bahwa masa SMA adalah masa yang
labil dimana para siswa pasti lebih mengikuti ajakan teman atau kemauannya
sendiri tanpa berfikir panjang atau bisa kita sebut egois. Umumnya mereka tidak
berfikir panjang apa akibat yang akan ditimbulkan, seperti tawuran antar
pelajar. Di sini peran BK akan sangat terlihat untuk bisa membuat siswa
memiliki pengendalian diri yang baik. Dengan memberi hukuman atau efek jera,
tentu akan membuat siswa berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan sebelumnya.
Ia juga akan berusaha meredam emosinya, berfikir positif, dan bertindak dengan
bijak sebelum mengatasi masalah yang ada. Di sinilah siswa akan tampak
mengendalikan dirinya.
3. Kepribadian
Kepribadian di satuan
pendidikan kini banyak diterapkan dengan dibuatnya peraturan atau tata tertib.
Hampir di semua sekolah pasti memiliki tata tertib bagi siswanya. Hal ini cukup
efektif untuk membentuk kepribadian siswa. Dengan dibuatnya tata tertib, siswa
akan bertindak mengikuti tata tertib yang ada dan ini akan menimbulkan ciri
khas bagi siswa tersebut. Pihak sekolah pasti menginginkan semua siswanya berkepribadian yang baik.
Tidak ada sekolah yang ingin siswanya bertindak sembarangan. Misalnya tata
tertib tentang seragam sekolah. Para siswa diharuskan berseragam putih abu-abu
lengkap, dengan kemeja putih berlengan panjang serta rok panjang bagi perempuan
dan celana panjang bagi laki-laki.
Apabila ada yang melanggar tata tertib ini, akan dikenai sanksi. Nah,
hal ini akan membentuk sebuah ciri khas tersendiri yang akan membentuk pribadi
siswa yang lebih rapi dan terpelajar. Dengan tata tertib, para siswa akan
terlihat sebagaimana mestinya orang yang berpendidikan.
Memang banyak sekolah
kini yang kurang tegas dalam pemberian sanksi bagi siswa yang tidak berkepribadian
baik. Tetapi tidak sedikit pula yang tidak tanggung-tanggung memberi sanksi
untuk siswanya, seperti mengeluarkan siswa (DO) yang tawuran atau bertindak
keterlaluan. Dengan begitu siswa tersebut akan berusaha memperbaiki kepribadian
yang ada pada dirinya. Selain itu
kebanyakan sekolah kini berusaha menciptakan kepribadian yang baik bagi
siswa dengan menerapkan tata tertib bagi para guru-gurunya dahulu baru bisa
dijadikan teladan bagi siswanya.
4. Akhlak
mulia
Di sekolah-sekolah, akhlak mulia sudah
berjalan sebagaimana mestinya. Contohnya, setiap bertemu dengan guru, siswa
akan tunduk dan salam kepada guru. Penerapan akhlak mulia juga banyak dilakukan
sekolah-sekolah dengan mengadakan shalat zuhur maupun shalat jum’at bersama di
sekolah. Selain itu, banyak pula sekarang ini sekolah-sekolah mulai menerapkan
peraturan untuk mengaji terlebih dahulu sebelum memulai pelajaran. Hal ini
merupakan perbuatan terpuji yang menjadi dasar sebagai pembentuk siswa untuk
menjadi seorang yang memiliki akhlak mulia. Berdasarkan hal tersebut, penerapan
akhlak mulia di SMA berkaitan erat dengan spiritual keagamaan. Jika penunjang
spiritual keagamaannya baik, maka siswa akan memiliki akhlak mulia pula.
5. Kecerdasan
Semua sekolah berusaha menjadikan
siswanya cerdas dan berprestasi di segala bidang. Namun yang terlihat sekarang
justru kurang adil dalam penerapannya di lingkungan sekolah. Seperti saat
sekolah harus mengirim perwakilan untuk mengikuti sebuah perlombaan baik
akademik maupun non-akademik, pasti siswa yang aktif di kelas maupun di
organisasi dianggap cerdas dan memiliki kemampuan lebih dari teman-temannya
yang lain. Padahal jika dites secara formal, bisa saja ada yang lebih dari
siswa tersebut. Kecerdasan dibagi menjadi 3 jenis. (1) Kecerdasan intelektual
(IQ), sekolah mengembangkan IQ siswa dengan
mengadakan pelajaran tambahan atau bimbel. (2) Kecerdasan spiritual (SQ),
sekolah mengembangkan SQ siswa dengan mengadakan kegiatan keagamaan, seperti
tadarusan, infaq tiap minggu, dan lainnya. (3) Kecerdasan emosional (EQ),
sekolah mengembangkan EQ siswa dengan lebih mengendalikan diri para siswanya,
seperti diadakan seminar motivasi agar siswa lebih mengenali EQ-nya.
6. Keterampilan
Semua sekolah sudah
menerapkan aspek ini di lingkungan sekolah. Hanya saja karena satuan pendidikan
SMA ini terbagi menjadi SMA umum dan kejuruan, maka keterampilan tiap siswa
SMA/SMK pun berbeda-beda. Untuk SMA umum, keterampilan yang diberikan sekolah
dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang mana baik di bidang akademik
maupun non-akademik, seperti kegiatan ekstrakurikuler. Untuk mendukung kegiatan
ini, sekolah tentu akan mendatangkan pelatih atau bisa saja guru yang memiliki
keterampilan-keterampilan tersebut untuk mengembangkan lagi keterampilan para siswanya.
Namun terkadang fasilitas yang dimiliki oleh SMA umum ini kurang memadai untuk
mengasah keterampilan siswanya. Tetapi, untuk siswa SMA umum, karena memiliki
keterampilan yang beragam, mereka bisa bersaing kemana saja. Dengan
keterampilan yang beragam akan memudahkan mereka untuk memilih keterampilan
mana yang akan mereka asah lebih dalam lagi di jenjang yang lebih tinggi.
Lain lagi dengan SMK
atau SMA kejuruan. Mereka pasti lebih memiliki keterampilan tetapi dikhususkan
pada bidang tertentu. Contohnya SMK Farmasi. SMK Farmasi pasti sudah belajar mengenai
farmasi ini dari awal masuk hingga lulus. Namun untuk bersaing dengan SMA umum
sepertinya kurang karena mereka pasti lebih mendalami ilmu mereka sedangkan
pelajaran yang lain hanya sebatas sebagai pengetahuan umum. Selain itu untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mereka sulit untuk memilih
jurusan lain karena mereka lebih mendalami keterampilan mereka selama di SMK
dan sulit jika ingin menyesuaikan dengan pelajaran lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Menurut saya, semua sekolah sudah
melakukan apa yang tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003. Hanya saja perlu
diperbaiki sedikit sistem yang ada. Semua sudah berjalan sebagaimana mestinya
tetapi harus dilakukan pengembangan lagi agar pendidikan di Indonesia semakin
maju. Agar lebih berkembang, perlunya dukungan sekolah serta warga sekolah
untuk bisa menyatukan ke-6 aspek tersebut sehingga sesuai dengan sistem
pendidikan nasional di Indonesia. Dimulai dari diri sendiri terlbih dahulu
untuk menanamkan ke-6 aspek tersebut baru bisa diterapkan di dalam lingkungan
sekolah dan lingkungan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di
atas, kita melihat bahwa dalam definisi pendidikan yang
tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003, tampaknya tidak hanya sekedar menggambarkan
apa itu pendidikan, tetapi memiliki makna yang penting dan kuat untuk
menciptakan pendidikan yang lebih baik dan maju bagi anak Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Sudrajat, Akhmad. 2010. Definisi Pendidikan Menurut UU No. 20 tahun 2003.
(Online) http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/04/definisi-pendidikan-definisi-pendidikan-menurut uu-no-20-tahun-2003-tentang-sisdiknas/,
diakses 1 Oktober 2014
Setiawan, Herry. 2013. Pengendalian
diri. (Online) http://herrystw.wordpress.com/2013/01/04/pengendaliandiri/,
diakses 1 Oktober 2014
Ivones, Jeannya. 2010. Pengertian
Spiritual. (Online) http://nezfine.wordpress.com/2010/05/05/pengertian-spiritual/,
diakses 1 Oktober 2014
No name. Pengertian Akhlak Mulia.
(Online) http://mutiaraislam.wordpress.com/halaman- utama/bicara-akhlak-2/pengertian-akhlak-mulia/,
diakses 1 Oktober 2014
No name. 2013. Pengertian Kepribadian
Secara Umum. (Online) http://thelittlebomb.blogspot.com/2013/01/pengertian-kepribadian-secara-umum.html,
diakses 1 Oktober 2014
No name. 2013. Pengertian
Keterampilan. (Online) http://guruketerampilan.blogspot.com/2013/05/pengertian-keterampilan.html,
diakses 1 Oktober 2014
No name. 2013. Pengertian Kecerdasan
dan Jenis-Jenis Kecerdasan. (Online) http://www.pengertianahli.com/2013/12/pengertian-kecerdasan-dan-jenis.html,
diakses 1 Oktober 2014
0 komentar :
Posting Komentar