gitacahyaningtyas28@gmail.com

"Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must keep moving." -Albert Einsten-

Selasa, 07 April 2015

Psikologi Pendidikan




Analisis Pendidikan 
Tingkat SMA/SMK/MA










Disusun Oleh:
Nama         :  Gita Cahyaningtyas
NIM           :  06081381419048



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014



BAB I
PENDAHULUAN
       A.    Latar Belakang
Menurut UU No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat kita pahami bahwa pendidikan diharapkan untuk dapat menimbulkan potensi peserta didik agar dapat memiliki ke-6 aspek, yaitu spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan. Ke-6 aspek ini berperan penting sebagai bekal untuk peserta didik agar dapat menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) masa kini. Ke-6 aspek ini merupakan inti pendidikan yang merupakan aspek yang sangat penting dan yang paling pokok dalam menentukan kemajuan dan kondisi suatu bangsa. Dalam penerapannya di tingkat satuan pendidikan, khususnya SMA/SMK/MA, masih banyak mendapat kritikan karena dianggap belum sesuai dengan definisi undang-undang yang memuat ke-6 aspek ini. Baik buruknya sistem pendidikan akan berdampak pada kualitas bangsa itu sendiri. Ketika proses pendidikan yang berdasarkan undang-undang terarah dengan baik, maka peradaban bangsa pun akan menjadi lebih maju. Tetapi sebaliknya, jika proses pendidikan tidak berjalan sesuai dengan yang sistem telah ditetapkan, maka pendidikan akan menjadi tidak terarah. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas, apakah pendidikan di SMA/SMK/MA sudah sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003?


     B.     Rumusan Masalah
         1.  Apakah pengertian dari ke-6 aspek yang terdapat di UU No. 20 tahun 2003?
         2.  Apakah pendidikan di SMA/SMK/MA sudah sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003?



BAB II
PEMBAHASAN

            A.    Pengertian-pengertian

1.      Spiritual keagamaan
Spiritual keagamaan adalah kondisi kejiwaan (rohani/batin) seseorang yang erat hubungannya dengan Tuhan atau bisa juga berhubungan dengan kepercayaan yang dianut oleh masing-masing individu.

2.      Pengendalian diri
Menurut Larry (dalam R.S Satmoko, 1986:130) mengungkapkan bahwa Pengendalian diri adalah kemampuan mengenali emosi dirinya dan orang lain. Baik itu perasaan bahagia, sedih, marah, senang, takut, dan sebagainya, mengelola emosi, baik itu menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas, kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan, mengendalikan dorongan hati memotivasi diri sendiri, dan memahami orang lain secara bijaksana dalam hubungan antar manusia.

3.      Kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi, tempramen, ciri-ciri khas, dan perilaku seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika di hadapkan pada situasi tertentu. Setiap orang mempunyai kecenderungan perilaku yang baku atau berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai situasi yang di hadapi, sehingga menjadi ciri khas pribadinya.

4.      Akhlak mulia
Akhlak berarti perilaku, sikap, perbuatan, adab, dan sopan santun. Akhlak mulia berarti seluruh perilaku umat manusia yang sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Hadist, yaitu adab sopan santun yang dicontohkan dan diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia ketika beliau masih hidup.

5.      Kecerdasan
Kecerdasan atau intelegensi dapat dipandang sebagai kemampuan memahami dunia, berpikir rasional, dan menggunakan sumber-sumber secara efektif pada saat dihadapkan dengan tantangan. Ada juga yang berpendapat bahwa pengertian kecerdasan adalah kemampuan general manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang mempunyai tujuan dan berpikir dengan cara rasional. Selain itu, kecerdasan dapat juga diartikan sebagai kemampuan pribadi untuk memahami, melakukan inovasi, dan memberikan solusi terhadap dalam berbagai situasi.

6.      Keterampilan
Keterampilan yaitu kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide, dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehngga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.

           B.     Analisis pendidikan di SMA

1.      Spiritual keagamaan
Dalam penerapannya di satuan pendidikan terutama SMA atau sederajat, dirasa masih belum memuaskan. Untuk SMA atau sederajat umum, dimulai dari pertemuan tiap minggu yang hanya satu kali pertemuan dan itu pun berlangsung selama kurang lebih 2 jam pelajaran. 2 jam pelajaran pun terkadang tidak berlangsung sebagaimana mestinya dikarenakan ada guru yang mengikuti seminar, guru yang ditunjuk sekolah sebagai perwakilan, dan masih banyak lagi sehingga benar-benar menyita waktu pembelajaran yang berhubungan dengan spiritual keagamaan ini. Untuk melengkapi kekurangan itu, terkadang guru membentuk organisasi seperti rohis yang akan lebih memperdalam ilmu mengenai spiritual keagamaan ini. Tetapi, lagi-lagi karena kebanyakan rohis dilaksanakan di luar jam pembelajaran, banyak siswa yang acuh tak acuh untuk mengikuti kegiatan ini. Selain itu, fasilitas yang ada di sekolah pun terkadang tidak menunjang kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Seperti masih banyak sekolah yang mayoritas siswanya beragama Islam, tidak memiliki mushola sebagai tempat ibadah ataupun tempat pembelajaran. Nah, untuk siswa yang minoritas beragama lain pun, misalnya Kristen, masih banyak sekolah yang tidak mendukung proses agama-agama ini. Bahkan jarang dan mungkin tidak ada di satu lingkungan sekolah maupun disekitar lingkungan sekolah ada tempat peribadahan yang berdampingan bagi tiap-tiap agama yang ada dianut oleh para siswanya. Bagi agama lain yang tidak memiliki tempat peribadahan, biasanya mereka menuju tempat peribadahan mereka yang ada di luar lingkungan sekolah. Hal ini sebenarnya kurang efektif karena proses ini bisa menjadi bukan kegiatan belajar mengajar melainkan kegiatan jalan-jalan yang mana seperti kita ketahui bahwa siswa SMA pada umumnya jika sudah berada di luar lingkungan sekolah akan susah berkonsentrasi ke pelajaran. Memang masalah ini sebenarnya tidak begitu penting karena akan membutuhkan biaya yang besar, namun terkadang yang diperhatikan hanya yang mayoritas saja sehingga proses pembelajaran bagi agama lain terabaikan.
Untuk MA atau biasa kita kenal dengan pondok pesantren yang mayoritas bahkan seluruh siswa maupun gurunya beragama Islam, spiritual keagamaannya saya rasa sudah cukup bahkan mungkin lebih karena mereka memang spiritual keagamaannya lebih diutamakan dari pelajaran yang lain. Bukannya yang lain tidak penting, tetapi kebijakan yang ada di satuan pendidikan ini lebih mengedepankan kegiatan yang berhubungan dengan spiritual keagamaan agar saat keluar dari pesantren bisa lebih paham mengenai agama dan menjadi panutan yang baik.

2.      Pengendalian diri
Pengendalian diri di SMA atau sederajat biasanya dikontrol oleh pihak sekolah melalui guru BK. Hampir seluruh sekolah sudah menerapkan pengendalian diri bagi para siswanya. Fungsi pengendalian melalui guru BK ini sudah cukup efektif untuk mengendalikan kelakuan para siswa. Seperti yang kita ketahui bahwa masa SMA adalah masa yang labil dimana para siswa pasti lebih mengikuti ajakan teman atau kemauannya sendiri tanpa berfikir panjang atau bisa kita sebut egois. Umumnya mereka tidak berfikir panjang apa akibat yang akan ditimbulkan, seperti tawuran antar pelajar. Di sini peran BK akan sangat terlihat untuk bisa membuat siswa memiliki pengendalian diri yang baik. Dengan memberi hukuman atau efek jera, tentu akan membuat siswa berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan sebelumnya. Ia juga akan berusaha meredam emosinya, berfikir positif, dan bertindak dengan bijak sebelum mengatasi masalah yang ada. Di sinilah siswa akan tampak mengendalikan dirinya.

3.      Kepribadian
Kepribadian di satuan pendidikan kini banyak diterapkan dengan dibuatnya peraturan atau tata tertib. Hampir di semua sekolah pasti memiliki tata tertib bagi siswanya. Hal ini cukup efektif untuk membentuk kepribadian siswa. Dengan dibuatnya tata tertib, siswa akan bertindak mengikuti tata tertib yang ada dan ini akan menimbulkan ciri khas bagi siswa tersebut. Pihak sekolah pasti menginginkan  semua siswanya berkepribadian yang baik. Tidak ada sekolah yang ingin siswanya bertindak sembarangan. Misalnya tata tertib tentang seragam sekolah. Para siswa diharuskan berseragam putih abu-abu lengkap, dengan kemeja putih berlengan panjang serta rok panjang bagi perempuan dan celana panjang bagi laki-laki.  Apabila ada yang melanggar tata tertib ini, akan dikenai sanksi. Nah, hal ini akan membentuk sebuah ciri khas tersendiri yang akan membentuk pribadi siswa yang lebih rapi dan terpelajar. Dengan tata tertib, para siswa akan terlihat sebagaimana mestinya orang yang berpendidikan.
Memang banyak sekolah kini yang kurang tegas dalam pemberian sanksi bagi siswa yang tidak berkepribadian baik. Tetapi tidak sedikit pula yang tidak tanggung-tanggung memberi sanksi untuk siswanya, seperti mengeluarkan siswa (DO) yang tawuran atau bertindak keterlaluan. Dengan begitu siswa tersebut akan berusaha memperbaiki kepribadian yang ada pada dirinya. Selain itu  kebanyakan sekolah kini berusaha menciptakan kepribadian yang baik bagi siswa dengan menerapkan tata tertib bagi para guru-gurunya dahulu baru bisa dijadikan teladan bagi siswanya.

4.      Akhlak mulia
Di sekolah-sekolah, akhlak mulia sudah berjalan sebagaimana mestinya. Contohnya, setiap bertemu dengan guru, siswa akan tunduk dan salam kepada guru. Penerapan akhlak mulia juga banyak dilakukan sekolah-sekolah dengan mengadakan shalat zuhur maupun shalat jum’at bersama di sekolah. Selain itu, banyak pula sekarang ini sekolah-sekolah mulai menerapkan peraturan untuk mengaji terlebih dahulu sebelum memulai pelajaran. Hal ini merupakan perbuatan terpuji yang menjadi dasar sebagai pembentuk siswa untuk menjadi seorang yang memiliki akhlak mulia. Berdasarkan hal tersebut, penerapan akhlak mulia di SMA berkaitan erat dengan spiritual keagamaan. Jika penunjang spiritual keagamaannya baik, maka siswa akan memiliki akhlak mulia pula.

5.      Kecerdasan
Semua sekolah berusaha menjadikan siswanya cerdas dan berprestasi di segala bidang. Namun yang terlihat sekarang justru kurang adil dalam penerapannya di lingkungan sekolah. Seperti saat sekolah harus mengirim perwakilan untuk mengikuti sebuah perlombaan baik akademik maupun non-akademik, pasti siswa yang aktif di kelas maupun di organisasi dianggap cerdas dan memiliki kemampuan lebih dari teman-temannya yang lain. Padahal jika dites secara formal, bisa saja ada yang lebih dari siswa tersebut. Kecerdasan dibagi menjadi 3 jenis. (1) Kecerdasan intelektual (IQ), sekolah mengembangkan IQ siswa  dengan mengadakan pelajaran tambahan atau bimbel. (2) Kecerdasan spiritual (SQ), sekolah mengembangkan SQ siswa dengan mengadakan kegiatan keagamaan, seperti tadarusan, infaq tiap minggu, dan lainnya. (3) Kecerdasan emosional (EQ), sekolah mengembangkan EQ siswa dengan lebih mengendalikan diri para siswanya, seperti diadakan seminar motivasi agar siswa lebih mengenali EQ-nya.

6.      Keterampilan
Semua sekolah sudah menerapkan aspek ini di lingkungan sekolah. Hanya saja karena satuan pendidikan SMA ini terbagi menjadi SMA umum dan kejuruan, maka keterampilan tiap siswa SMA/SMK pun berbeda-beda. Untuk SMA umum, keterampilan yang diberikan sekolah dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang mana baik di bidang akademik maupun non-akademik, seperti kegiatan ekstrakurikuler. Untuk mendukung kegiatan ini, sekolah tentu akan mendatangkan pelatih atau bisa saja guru yang memiliki keterampilan-keterampilan tersebut untuk mengembangkan lagi keterampilan para siswanya. Namun terkadang fasilitas yang dimiliki oleh SMA umum ini kurang memadai untuk mengasah keterampilan siswanya. Tetapi, untuk siswa SMA umum, karena memiliki keterampilan yang beragam, mereka bisa bersaing kemana saja. Dengan keterampilan yang beragam akan memudahkan mereka untuk memilih keterampilan mana yang akan mereka asah lebih dalam lagi di jenjang yang lebih tinggi.
Lain lagi dengan SMK atau SMA kejuruan. Mereka pasti lebih memiliki keterampilan tetapi dikhususkan pada bidang tertentu. Contohnya SMK Farmasi. SMK Farmasi pasti sudah belajar mengenai farmasi ini dari awal masuk hingga lulus. Namun untuk bersaing dengan SMA umum sepertinya kurang karena mereka pasti lebih mendalami ilmu mereka sedangkan pelajaran yang lain hanya sebatas sebagai pengetahuan umum. Selain itu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mereka sulit untuk memilih jurusan lain karena mereka lebih mendalami keterampilan mereka selama di SMK dan sulit jika ingin menyesuaikan dengan pelajaran lain.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Menurut saya, semua sekolah sudah melakukan apa yang tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003. Hanya saja perlu diperbaiki sedikit sistem yang ada. Semua sudah berjalan sebagaimana mestinya tetapi harus dilakukan pengembangan lagi agar pendidikan di Indonesia semakin maju. Agar lebih berkembang, perlunya dukungan sekolah serta warga sekolah untuk bisa menyatukan ke-6 aspek tersebut sehingga sesuai dengan sistem pendidikan nasional di Indonesia. Dimulai dari diri sendiri terlbih dahulu untuk menanamkan ke-6 aspek tersebut baru bisa diterapkan di dalam lingkungan sekolah dan lingkungan sehari-hari.
Berdasarkan  uraian di atas,  kita melihat bahwa dalam definisi pendidikan yang  tertuang  dalam UU No. 20 Tahun 2003, tampaknya  tidak hanya sekedar menggambarkan apa itu pendidikan,  tetapi memiliki makna yang penting dan kuat untuk menciptakan pendidikan yang lebih baik dan maju bagi anak Indonesia.



DAFTAR PUSTAKA

         Sudrajat, Akhmad. 2010. Definisi Pendidikan Menurut UU No. 20 tahun 2003. (Online)  http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/04/definisi-pendidikan-definisi-pendidikan-menurut  uu-no-20-tahun-2003-tentang-sisdiknas/, diakses 1 Oktober 2014
  
         Setiawan, Herry. 2013. Pengendalian diri. (Online)  http://herrystw.wordpress.com/2013/01/04/pengendaliandiri/, diakses 1 Oktober 2014
       
         Ivones, Jeannya. 2010. Pengertian Spiritual. (Online)  http://nezfine.wordpress.com/2010/05/05/pengertian-spiritual/, diakses 1 Oktober 2014

         No name. Pengertian Akhlak Mulia. (Online) http://mutiaraislam.wordpress.com/halaman-      utama/bicara-akhlak-2/pengertian-akhlak-mulia/, diakses 1 Oktober 2014

         No name. 2013. Pengertian Kepribadian Secara Umum. (Online)  http://thelittlebomb.blogspot.com/2013/01/pengertian-kepribadian-secara-umum.html, diakses 1  Oktober 2014
            
         No name. 2013. Pengertian Keterampilan. (Online) http://guruketerampilan.blogspot.com/2013/05/pengertian-keterampilan.html, diakses 1 Oktober 2014
             
         No name. 2013. Pengertian Kecerdasan dan Jenis-Jenis Kecerdasan. (Online) http://www.pengertianahli.com/2013/12/pengertian-kecerdasan-dan-jenis.html, diakses 1 Oktober 2014



0 komentar :

Posting Komentar

Popular Posts

Followers

Subscribe Via Email

Subscribe to our newsletter to get the latest updates to your inbox. ;-)

Your email address is safe with us!

Dikti

LIPI

Universitas Sriwijaya

HIMMA UNSRI