gitacahyaningtyas28@gmail.com

"Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must keep moving." -Albert Einsten-

Minggu, 03 Mei 2015

Just me :)

Autobiografi 


Namaku Gita Cahyaningtyas.  Aku adalah puteri sulung yang lahir dari rahim seorang ibu yang bernama Eny Susanty dan merupakan anak dari seorang bapak yang bernama Kasimin.  Lahir di sebuah kota kecil di ujung Pulau Bangka, namanya Kota Muntok. Lahir pada hari Sabtu, 28 Juni 1997. Aku lahir disaat ekonomi keluargaku terbilang masih cukup sulit.  Dulu, aku hanya bisa merayakan ulang tahunku sekedar dengan keluarga terdekat saja disertai iringan do’a.  Tidak seperti anak-anak lainnya yang bisa merayakan ulang tahun mereka dengan mengundang banyak orang terutama teman-teman.
Bapakku adalah seorang buruh harian.  Pada masa kecilku, aku sudah merasakan jauhnya bapak dari keseharianku.  Ya, pekerjaannya menuntut kami harus terpisah.  Tinggallah aku, ibuku beserta dengan nenekku dari pihak bapak.  Saat itu kedua orang tuaku belum mampu untuk membangun rumah sendiri.  Sehingga kami tinggal dirumah nenekku.  Ibuku adalah seorang ibu rumah tangga biasa.  Tapi bagiku, ia sungguh luar biasa.  Dari kecil hingga aku remaja kini, ia selalu membimbingku, ada disaat aku butuh perhatian, kasih sayang, dan ketulusan cintanya.  Aku beruntung ia masih ada dan menemaniku hingga aku beranjak remaja kini.  Aku bersyukur lahir dari rahim seorang wanita sepertinya. 

     Saat aku berusia 3 tahun, aku sering mengikuti bukdeku mengajar.  Bukdeku ini berprofesi sebagai guru di salah satu TK, yaitu TK Aisiyah.  Karena itu, aku pun mulai tertarik dengan dunia pendidikan.  Melihat keinginanku yang cukup kuat itu, ibuku mendaftarkan aku di TK ini dan aku masuk ke TKA.  Dulu, tak ada yang namanya sepeda motor atau motor matic.  Yang ada hanyalah vespa dan sepeda.  Karena vespa dikendarai oleh bapakku untuk bekerja, jadi dengan sepeda inilah alat transportasiku pergi ke sekolah.  Ibuku, dengan segala perjuangannya, mengayuh sepeda dari rumah ke TK hanya untuk mengantarkan aku sekolah.  Ibuku bilang, dulu saat aku melihat salah satu temanku mempunyai motor  baru, aku berkata dengan wajah polos,
“Bu, kelak kite beli motor yang kayak gitu ok.”
Ibuku hanya bisa mengiyakan dan mengaminkan keinginanku itu di dalam hati.
Aku menghabiskan waktuku di TK selama ±2 tahun.  Tetapi, saat teman-temanku memperoleh ijazah TK, aku tidak bisa medapatkannya karena usiaku yang masih terlalu muda.
Aku meneruskan sekolahku ke SD Negeri 5 Muntok.  Pada saat aku duduk di kelas 1 SD, ibuku melahirkan seorang bayi perempuan.  Dia adikku.  Namanya Hanifah Cahyaningrum.  Tak banyak pengalamanku selama bersekolah disini.  Hanya satu yang sangat aku ingat.  Yaitu saat aku berhasil mengikuti Olimpiade MIPA mata pelajaran Matematika dan lolos hingga ke provinsi.  Bertemu dengan teman-teman baru dan menginap dihotel adalah pengalaman pertama untukku.
Lulus dari SD, aku mendaftarkan diri ke SMP Negeri 1 Muntok.  Dari sekolah ini, aku mulai belajar menghargai waktu, kedisiplinan, cara menyalurkan bakat, belajar berteman dengan semua orang, dan bersaing secara sehat.  Banyak pengalamanku selama 3 tahun berada di sekolah ini yang tidak mungkin dapat ku ceritakan satu persatu.  Ya, ini awal masa pubertasku.  Disini, aku juga bertemu dengan orang secerewet Fiony Larasati (fifi), seelegan Suci Sekar Ayuning (cici), sepuitis Nadya Zafira O (manad), seaktif Naninda Amelia (nanin), sejudes Atika (ika), seceria Fitria Sari (fitria), sejenius M. Iqbal A (iqbal), sepintar Muhammad Nazar Q (oyik), selembut Hana Afifah Z (hana), semerdu Fiyki Lathyfah (fiyki), sediam Aqida Widya K (yaya), dan masih banyak lagi yang mengajarkanku bahwa hidup ini indah dan berwarna. Selain itu, di SMP inilah aku mulai bisa mendapatkan kebebasan dan kepercayaan dari kedua orangtuaku.
Aku pun melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Muntok.  Aku terpisah dengan teman-temanku, tapi aku mulai beradaptasi dengan teman-teman baruku ini.  Mereka asyik-asyik, seru, dan konyol.  Karena merekalah, aku tahu rasanya menjadi salah satu siswi dari kelas yang paling tidak disenangi oleh para guru. Selain itu, nilai-nilai ku sempat turun jauh dari biasanya karena keteledoran ku. Yah maklum, mas remaja ku sedang mekar-mekarnya.  Orang tuaku sedikit kecewa dengan prestasi buruk ini.  Aku pun berusaha mengejar nilai-nilaiku ini lagi agar tidak mengecewakan mereka lagi.
Hobiku menari, makan, jalan-jalan, membaca,dan mendengarkan music.  Karena hobiku yang pertama, aku tergabung dalam salah satu sangar seni, yaitu SERUNI.  Disini, aku banyak mendapatkan pelajaran dan pengalaman baru.  Disini, aku semakin tahu arti kekompakan, kerjasama, pengorbanan, dan perjuangan demi sebuah kehormatan dan pengakuan. 
Lalu aku duduk di kelas 2 SMA, di kelas XI IPA 3.  IPA, aku memilih jurusan ini karena banyaknya dukungan dari teman-teman dan keluargaku.  Aku pun merasa cukup mampu sehingga mantap memilih dan masuk ke jurusan ini. Selama berada di kelas ini, aku semakin banyak teman, semakin tahu sifat-sifat setiap orang. Dari wali kelas yang super duper cerewet (read:perhatian) tapi ngangenin, temen-temen gokil yang langsung setuju kalo buat heboh di kelas, serta pengalaman-pengalaman baru yang benar-benar tak akan ku lupakan.
Tak terasa, 1 tahun kemudian aku lulus dari SMA ini. Sebelumnya aku duduk di kelas 3 SMA, di kelas XII IPA 3.  Selama berada di kelas ini, aku semakin diuji dan difokuskan  untuk berfikir ke depan.  Akan lanjut kemana aku nanti? Awalnya aku hanya berimajinasi saja untuk masuk ke dunia pendidikan. Tetapi, keinginan kedua orang tuaku terutama ibu yang sangat mendukungku masuk ke dunia pendidikan, mau tak mau membuatku menjadikannya salah satu cita-cita.  Ya, menjadi seorang guru. 
Namun ternyata sulit untuk masuk ke dunia Perguruan Tinggi. Setelah daftar kesana-sini, and finally aku lulus di Universitas Sriwijaya di kota Palembang dan syukur Alhamdulillah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan Program Studi Pendidikan Matematika S1. Awalnya sulit sekali untuk beradaptasi. Di daerah yang baru aku kenal, makanan yang beda dengan selera, membuatku agak frustasi. Tetapi karena dukungan orangtua dan teman-teman akhirnya aku bertekad untuk kuat. Selain itu kini aku mulai merasa nyaman, bertemu dengan orang-orang baru yang punya bermacam kepribadian unik.  Perjuangan ku disini tidaklah sebanding dengan pengorbanan orangtua ku yang sudah bersusah payah menyekolahkan ku hingga aku disini. Bu, Pak, tunggu aku sukses ya!
Setidaknya kini aku mulai bisa mendapatkan semua yang aku mau.  Sangat kontras dengan masa kecilku.  Dengan keadaan yang berkecukupan ini, aku harus bisa memberikan batasan diri.  Aku sangat-sangat sadar, dengan pengalamanku di masa kecil, aku tahu, untuk mendapatkan semua ini tidaklah mudah.  Ya, aku bertekad.  Dengan kemampuanku dan segala fasilitas kini, aku akan berusaha sebisaku untuk mewujudkan cita-citaku.  Semoga Allah meridhoi dan melancarkan jalanku.  Aamiin. 

0 komentar :

Posting Komentar

Popular Posts

Followers

Subscribe Via Email

Subscribe to our newsletter to get the latest updates to your inbox. ;-)

Your email address is safe with us!

Dikti

LIPI

Universitas Sriwijaya

HIMMA UNSRI