Just me :)
Autobiografi
Namaku Gita
Cahyaningtyas. Aku adalah puteri sulung
yang lahir dari rahim seorang ibu yang bernama Eny Susanty dan merupakan anak
dari seorang bapak yang bernama Kasimin.
Lahir di sebuah kota kecil di ujung Pulau Bangka, namanya Kota
Muntok. Lahir pada hari Sabtu, 28 Juni 1997. Aku lahir disaat ekonomi
keluargaku terbilang masih cukup sulit.
Dulu, aku hanya bisa merayakan ulang tahunku sekedar dengan keluarga
terdekat saja disertai iringan do’a.
Tidak seperti anak-anak lainnya yang bisa merayakan ulang tahun mereka
dengan mengundang banyak orang terutama teman-teman.
Bapakku adalah seorang
buruh harian. Pada masa kecilku, aku
sudah merasakan jauhnya bapak dari keseharianku. Ya, pekerjaannya menuntut kami harus
terpisah. Tinggallah aku, ibuku beserta
dengan nenekku dari pihak bapak. Saat
itu kedua orang tuaku belum mampu untuk membangun rumah sendiri. Sehingga kami tinggal dirumah nenekku. Ibuku adalah seorang ibu rumah tangga
biasa. Tapi bagiku, ia sungguh luar
biasa. Dari kecil hingga aku remaja
kini, ia selalu membimbingku, ada disaat aku butuh perhatian, kasih sayang, dan
ketulusan cintanya. Aku beruntung ia
masih ada dan menemaniku hingga aku beranjak remaja kini. Aku bersyukur lahir dari rahim seorang wanita
sepertinya.
Saat aku berusia 3 tahun, aku sering mengikuti bukdeku mengajar. Bukdeku ini berprofesi sebagai guru di salah satu TK, yaitu TK Aisiyah. Karena itu, aku pun mulai tertarik dengan dunia pendidikan. Melihat keinginanku yang cukup kuat itu, ibuku mendaftarkan aku di TK ini dan aku masuk ke TKA. Dulu, tak ada yang namanya sepeda motor atau motor matic. Yang ada hanyalah vespa dan sepeda. Karena vespa dikendarai oleh bapakku untuk bekerja, jadi dengan sepeda inilah alat transportasiku pergi ke sekolah. Ibuku, dengan segala perjuangannya, mengayuh sepeda dari rumah ke TK hanya untuk mengantarkan aku sekolah. Ibuku bilang, dulu saat aku melihat salah satu temanku mempunyai motor baru, aku berkata dengan wajah polos,
“Bu, kelak kite beli
motor yang kayak gitu ok.”
Ibuku hanya bisa
mengiyakan dan mengaminkan keinginanku itu di dalam hati.
Aku menghabiskan waktuku
di TK selama ±2 tahun. Tetapi, saat
teman-temanku memperoleh ijazah TK, aku tidak bisa medapatkannya karena usiaku
yang masih terlalu muda.
Aku meneruskan sekolahku
ke SD Negeri 5 Muntok. Pada saat aku
duduk di kelas 1 SD, ibuku melahirkan seorang bayi perempuan. Dia adikku.
Namanya Hanifah Cahyaningrum. Tak
banyak pengalamanku selama bersekolah disini.
Hanya satu yang sangat aku ingat.
Yaitu saat aku berhasil mengikuti Olimpiade MIPA mata pelajaran
Matematika dan lolos hingga ke provinsi.
Bertemu dengan teman-teman baru dan menginap dihotel adalah pengalaman
pertama untukku.
Lulus dari SD, aku
mendaftarkan diri ke SMP Negeri 1 Muntok.
Dari sekolah ini, aku mulai belajar menghargai waktu, kedisiplinan, cara
menyalurkan bakat, belajar berteman dengan semua orang, dan bersaing secara
sehat. Banyak pengalamanku selama 3
tahun berada di sekolah ini yang tidak mungkin dapat ku ceritakan satu persatu. Ya, ini awal masa pubertasku. Disini, aku juga bertemu dengan orang
secerewet Fiony Larasati (fifi), seelegan Suci Sekar Ayuning (cici), sepuitis
Nadya Zafira O (manad), seaktif Naninda Amelia (nanin), sejudes Atika (ika),
seceria Fitria Sari (fitria), sejenius M. Iqbal A (iqbal), sepintar Muhammad
Nazar Q (oyik), selembut Hana Afifah Z (hana), semerdu Fiyki Lathyfah (fiyki),
sediam Aqida Widya K (yaya), dan masih banyak lagi yang mengajarkanku bahwa
hidup ini indah dan berwarna. Selain itu, di SMP inilah aku mulai bisa
mendapatkan kebebasan dan kepercayaan dari kedua orangtuaku.
Aku pun melanjutkan
pendidikan ke SMA Negeri 1 Muntok. Aku
terpisah dengan teman-temanku, tapi aku mulai beradaptasi dengan teman-teman
baruku ini. Mereka asyik-asyik, seru, dan
konyol. Karena merekalah, aku tahu rasanya
menjadi salah satu siswi dari kelas yang paling tidak disenangi oleh para guru.
Selain itu, nilai-nilai ku sempat turun jauh dari biasanya karena keteledoran
ku. Yah maklum, mas remaja ku sedang mekar-mekarnya. Orang tuaku sedikit kecewa dengan prestasi
buruk ini. Aku pun berusaha mengejar
nilai-nilaiku ini lagi agar tidak mengecewakan mereka lagi.
Hobiku menari, makan,
jalan-jalan, membaca,dan mendengarkan music.
Karena hobiku yang pertama, aku tergabung dalam salah satu sangar seni,
yaitu SERUNI. Disini, aku banyak
mendapatkan pelajaran dan pengalaman baru.
Disini, aku semakin tahu arti kekompakan, kerjasama, pengorbanan, dan
perjuangan demi sebuah kehormatan dan pengakuan.
Lalu aku duduk di kelas
2 SMA, di kelas XI IPA 3. IPA, aku
memilih jurusan ini karena banyaknya dukungan dari teman-teman dan
keluargaku. Aku pun merasa cukup mampu
sehingga mantap memilih dan masuk ke jurusan ini. Selama berada di kelas ini,
aku semakin banyak teman, semakin tahu sifat-sifat setiap orang. Dari wali kelas
yang super duper cerewet (read:perhatian) tapi ngangenin, temen-temen gokil
yang langsung setuju kalo buat heboh di kelas, serta pengalaman-pengalaman baru
yang benar-benar tak akan ku lupakan.
Tak terasa, 1 tahun
kemudian aku lulus dari SMA ini. Sebelumnya aku duduk di kelas 3 SMA, di kelas
XII IPA 3. Selama berada di kelas ini, aku
semakin diuji dan difokuskan untuk
berfikir ke depan. Akan lanjut kemana
aku nanti? Awalnya aku hanya berimajinasi saja untuk masuk ke dunia pendidikan.
Tetapi, keinginan kedua orang tuaku terutama ibu yang sangat mendukungku masuk
ke dunia pendidikan, mau tak mau membuatku menjadikannya salah satu
cita-cita. Ya, menjadi seorang guru.
Namun ternyata sulit
untuk masuk ke dunia Perguruan Tinggi. Setelah daftar kesana-sini, and finally
aku lulus di Universitas Sriwijaya di kota Palembang dan syukur Alhamdulillah
di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan Program Studi Pendidikan
Matematika S1. Awalnya sulit sekali untuk beradaptasi. Di daerah yang baru aku
kenal, makanan yang beda dengan selera, membuatku agak frustasi. Tetapi karena
dukungan orangtua dan teman-teman akhirnya aku bertekad untuk kuat. Selain itu
kini aku mulai merasa nyaman, bertemu dengan orang-orang baru yang punya
bermacam kepribadian unik. Perjuangan ku
disini tidaklah sebanding dengan pengorbanan orangtua ku yang sudah bersusah
payah menyekolahkan ku hingga aku disini. Bu, Pak, tunggu aku sukses ya!
Setidaknya kini aku
mulai bisa mendapatkan semua yang aku mau.
Sangat kontras dengan masa kecilku.
Dengan keadaan yang berkecukupan ini, aku harus bisa memberikan batasan
diri. Aku sangat-sangat sadar, dengan
pengalamanku di masa kecil, aku tahu, untuk mendapatkan semua ini tidaklah
mudah. Ya, aku bertekad. Dengan kemampuanku dan segala fasilitas kini,
aku akan berusaha sebisaku untuk mewujudkan cita-citaku. Semoga Allah meridhoi dan melancarkan
jalanku. Aamiin.
0 komentar :
Posting Komentar